Review Novel



"Pulang"

Karangan : Leila S. Chudori



Kira-kira 4 bulan yang lalu tepatnya sekitar bulan September, saya datang ke sebuah toko buku Gramedia untuk mencari buku teks komputer untuk kuliah. Tapi entah kenapa sewaktu mencari-cari di antara rak-rak buku perkuliahan, mata saya tertuju pada sebuah buku novel yang bersampul warna merah gelap dengan judul “Pulang”. Awalnya saya kurang tertarik pada buku ini, tetapi di depannya tertulis bahwa novel ini merupakan pemenang penghargaan “Khatulistiwa Literary Award”. Jelas buku ini bukan merupakan buku novel ecek-ecek, karena bisa dibilang telah mendapatkan penghargaan tertinggi dalam bidang sastra di Indonesia.


Sebenarnya saya sendiri belum menyelesaikan membaca novel ini hingga akhir, tapi demi mengejar target jumlah tulisan di blog sebanyak 10 buah untuk matakuliah “Bahasa Indonesia 1”, saya buatlah review singkat dari novel ini. (LOL).

P.S : Akhirnya saya dapat menyelesaikan membaca novel ini. Sedikit berkaca-kaca ketika membaca bab akhir dari kisah ini–10 Desember 2014–“EPILOG”.


Cover novel ini sendiri bergambar seorang laki-laki yang sedang menaiki mainan kuda-kudaan dengan tertunduk dimana wajahnya sendiri hanya berwarna hitam tidak digambarkan oleh ilustrator cover (mungkin karena posisi kepala yang menunduk). Sampul ArtCarton layaknya novel standar terbitan KPG dengan laminasi doff satu sisi (luar). Sedangkan untuk kertas isi menggunakan kertas standar buku novel sekarang ini yang berwarna cokelat. Jumlah halaman isi pada novel ini adalah 458 halaman, cukup banyak menghabiskan waktu senggang saya di antara perkuliahan.


Ketika sampai di rumah, saya membuka lapisan plastik buku ini. Hal pertama yang ingin saya lihat yaitu biografi sang pengarang dan orang yang menjadi ilustrator isi dan sampul muka buku ini. Leila S. Chudori adalah seorang yang telah banyak terjun dalam dunia sastra di Indonesia. Ia sudah menulis sejak kecil, dan sekarang menjadi wartawan di tempo. Ia juga pernah menulis skenario sinetron dan film pendek. Ilustratornya sendiri, Daniel Timbul merupakan lulusan ISI Jogja yang berfokus pada printmaking, serta telah mengikuti berbagai pameran di dalam dan luar negeri.


Pada bagian awal buku ini terdapat beberapa respons—jelas positif—yang berasal dari tokoh-tokoh yang berasal dari berbagai macam bidang. Dosen, sosiolog, penyair, jurnalis dalam dan luar negeri serta sesama penulis memberi tanggapan serta review di 3 lembar pertama novel ini.


Secara garis besar, novel ini dibagi menjadi 3 bagian besar, dimana tiap bab menceritakan kisah dari tiap tokoh. Tokoh yang menjadi poin penting dalam cerita ini adalah Dimas Suryo, Lintang Utara, dan Segara Alam.  Terlalu “Indonesia” saya pikir, tetapi unik dan tidak pasaran untuk penamaan tokoh dalam cerita.


Novel ini memang novel fiksi, tetapi latar belakang peristiwa, lokasi, dan unsur-unsur yang berada di dalam cerita adalah nyata dan berdasarkan riset—keterangan terdapat pada bagian akhir buku—sehingga seolah-olah membuat pembaca masuk ke dalam cerita buku ini. Sebagai contoh peristiwa gerakan mahasiswa Paris pada Mei 1968 di Prancis, kemudian peristiwa September 65, serta yang paling diingat oleh masyarakat Indonesia, lengsernya presiden Soeharto pada Mei 1998.


Well, tak perlu berpanjang-panjang lagi, jika kalian ingin mencari sebuah bacaan yang alur ceritanya seperti di film, mungkin novel ini tidak salah untuk kalian pilih. Setidaknya novel ini telah mendapat penghargaan.

OVERALL = 8.5

Komentar

Postingan Populer