Google It!





Kata-kata ini sudah mulai terdengar segala bidang di Indonesia sejak internet mulai booming sekitar tahun 2008. Hampir setiap kali ingin mengetahui “sesuatu”, entah itu ingin mengetahui definisi sebuah kata, mempelajari sejarah suatu tokoh, ataupun mencari hal-hal yang berhubungan dengan tugas yang diberikan oleh guru, ataupun dosen kita.

Mengapa ini bisa terjadi?, banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini seperti akses internet yang mudah, terbatasnya waktu untuk mencari referensi cetak ke perpustakaan, ataupun sulitnya bertemu orang yang ahli dalam bidang tertentu.

Sebenarnya tulisan ini tidak untuk membahas sejarah kata-kata ini, tetapi merupakan suatu kegundahan seorang mahasiswa terhadap orang-orang yang “terpelajar” tetapi masih melontarkan pertanyaan bodoh yang semestinya tidak perlu mereka tanyakan.

Ada sebuah contoh seperti ini :
            A :  ”Bro, lu ludah ngerjain tugas IPA belum?”
            B :  “Udah, emang kenapa bro, lu beloman emang?”
            A :  “Beloman, kayaknya susah banget soalnya nih”. Sambil pura-pura buka buku dengan harapan dikasih contekan.
            A :  “Ooh lu beloman, mau liat punya gua?”. Memberikan buku PR ke A.
            B :  “Beeh, emang manteb dah, ga rugi emang punya temen kayak lu!”. Tepuk-tepuk punggung si A.

Salah satu potongan dialog diatas sudah sering kita temui ketika sekolah, dan mungkin masih dirasakan sama teman-teman yang masih SMP atau SMA sekarang ini. Anak SD sekarang pun sudah banyak yang merasakan hal seperti diatas.

Sebenarnya untuk kasus seperti diatas, si A bisa mencari terlebih dahulu di “World wide web” lalu jika memang tidak ada jawabannya, maka dia bisa bertanya kepada temannya yang lain untuk membantunya—mengerjakan—bukan meminta mentah-mentah jawaban langsung kepada si B.

Sekali lagi, banyak faktor yang menyebabkan si A tidak dapat mengerjakan PRnya. Pertama tidak ada kuota untuk mengakses internet, kedua tidak ada saudara di rumah yang dapat membantu, ketiga soal PRnya memang susah, kemungkinan tidak memiliki gadget (?), atau kemungkinan yang paling utama karena si A “MALAS”.

Tapi ada lagi faktor eksternal lain, si A sudah meminta bantuan kepada temannya untuk “membantu mengerjakan” tetapi temannya tidak ada yang bisa membantu. Membantu di sini bisa berarti dia memang tidak bisa membantu karena dia sendiri juga belum mengerjakan atau yang paling parah adalah temannya “tidak mau” membantu karena  kurangnya rasa pertemanan atau memang merasa masa bodoh terhadap temannya karena sudah merasa jengkel, dimana dulunya si A terkenal dengan sebutan “Mahaguru of Copy-Paste”.

MALAS”, inilah salah satu sifat dasar manusia yang paling sulit untuk dilenyapkan. Setidaknya untuk mengurangi intensitasnya pun diharuskan memiliki tekad dan kesungguhan yang luar biasa.

Di Era Digital ini sebenarnya akses terhadap informasi sudah menjadi proses yang sangat mudah, cepat, instan, dan dapat dimana saja. Dengan berbekal notebook, duduk di tempat umum langsung dapat dengan mudah berselancar di dunia maya  dengan akses yang berasal Wifi yang disediakan oleh pemerintah, atau yang lebih sederhana lagi dengan telepon genggam yang sudah dilengkapi dengan penangkap sinyal Wifi dan jaringan 3G. Dengan begitu tidak ada lagi alasan “tidak bisa akses internet”.

Yah sekali lagi, tulisan ini Cuma sebagai formalitas agar bisa memenuhi 10 tulisan di blog sebagai syarat tugas softskill, jadi kawan-kawan harap maklum jika tulisan ini menggantung tanpa ada konklusi yang jelas.

Last Word :

GOOGLE IT!

Komentar

Postingan Populer