Perilaku Konsumen
Teori perilaku konsumen, yang biasanya hanya disingkat teori konsumen mencoba menerangkan
perilaku konsumen dalam membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat pemuas kebutuhan, yang dapat berupa
barang-barang konsumsi ataupun jasa-jasa konsumsi. Kesimpulan-kesimpulan yang dapat dihasilkan oleh teori konsumen antara lain ialah bagaimana reaksi konsumen dalam kesediaannya
membeli sesuatu barang terhadap berubahnya jumlah pendapatan yang ia
peroleh, terhadap berubahnya harga barang yang bersangkutan, terhadap berubahnya harga barang-barang
yang berhubungan dengan barang yang bersangkutan,
terhadap berubahnya cita-rasa yang dimilikinya. Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa teori konsumen tersebut
merupakan dasar teoritik kurva permintaan akan barang-barang dan jasa-jasa
konsumsi.
Fungsi utama daripada barang-barang dan jasa-jasa konsumsi ialah memenuhi kebutuhan
langsung pemakainya. Yang bertindak sebagai pemakai barang-barang dan jasa-jasa
konsumsi pada umumnya adalah rumahtangga. Dalam kedudukannya sebagai pemakai barang-barang
dan jasa-jasa konsumsi mereka disebut konsumen.
Terpenuhinya kebutuhan seorang konsumen menimbulkan kepuasan bagi konsumen tersebut.
Dengan demikian kiranya mudah dipahami mengapa para pemikir ekonomi mengatakan bahwa
konsumsi barang-barang dan jasa-jasa menghasilkan kepuasan atau satisfaction,
yang sering pula disebut guna atau utility.
Asumsi rasionalitas dalam teori konsumen terwujud dalam bentuk asumsi bahwa
konsumen senantiasa berusaha menggunakan pendapatannya, yang jumlahnya terbatas itu, untuk memperoleh kombinasi
barang-barang dan jasa-jasa konsumen yang menurut perkiraannya akan mendatangkan
kepuasan maksimum. Di samping asumsi rasionalitas teori konsumen juga menggunakan
asumsi-asumsi umum lainnya, salah satu diantaranya yang penting ialah asumsi bahwa
konsumen mempuyai pengetahuan yang sempurna atau perfect knowledge, khususnya pengetahuan
mengenai macam barang-barang dan jasa-jasa konsumsi yang tersedia dipasar,
harga daripada masing-masing barang-barang dan jasa-jasa tersebut, besarnya pendapatan
yang ia peroleh, dan juga cita rasa yang iamiliki.
Teori konsumen mengenal dua macam pendekatan, yaitu pendekatan guna kardinal
atau cardinal utility approach dan pendekatan guna ordinal atau ordinal utility
approach.
Pendekatan guna cardinal menggunakan asumsi bahwa guna atau kepuasan seseorang
tidak hanya dapat diperbandingkan, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh karena menurut
kenyataan kepuasaan seseorang tidak dapat diukur maka asumsi tersebut dengan sendirinya
dapat dikatakan tidak realistik. Inilah yang biasanya ditonjolkan sebagai kelemahan
daripada teori konsumen yang menggunakan pendekatan guna kardinal, yang
terkenal pula dengan sebutan teori konsumen dengan pendekatan guna marginal
klasik atau classical marginal utility approach.
Sebaliknya teori konsumen yang menggunakan pendekatan guna ordinal
menggunakan asumsi yang lebih realistik. Dengan menggunakan konsepsi kurva tak acuh
teori konsumen yang menggunakan pendekatan guna ordinal tersebut tidak lagi perlu
menggunakan asumsi bahwa kepuasan atau guna seseorang dapat diukur. Sebaliknya kemungkinannya
untuk tetap dapat diperbandingkan tinggi rendahnya kepuasan seseorang, dengan dipergunakannya
konsepsi kurva tak acuh, masih dapat dipenuhi.
Sumber : NN (1994), Seri diktat kuliah : EkonomikaMakro, Depok: Penerbit Gunadarma
Komentar
Posting Komentar