Pendapatan Nasional
Setiap negara atau masyarakat salalu berusaha untuk
mengejar untuk mengejartujuan nasional yang dicita-citakan. Khusus di bidang
sosial ekonomi, tujuan nasionalitu pada umumnya dirumuskan sebagai suatu masyarakat
yang adil dan makmur.Bagi Indonesia tujuan nasional itu secara jelas
dicanturnkan pada PembukaanUndang-Undang Dasar 1945 alenia kedua dan keempat.
Tujuan nasional itu kemudian dipertegas lagi dalam Ketetapan MPR No.
IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Menyadari bahwa tujuan nasional yang dicita-citakan adalah masyarakat adil
makmur dan sejahtera, maka usaha yang berupa kegiatan ekonomi harus
diarahkanuntuk mencapai tujuan tersebut. Akan tetapi kegiatan ekonomi dilakukan
olehsegenap lapisan masyarakat dan menyangkut banyak pihak. Pihak-pihak ini
dapatdigolongkan sebagai kelompok rumah tangga individu yang terutama
berfungsisebagi konsumen barang dan jasa, kelompok rumah tangga perusahaan yang
terutamaberfungsi sebagai produsen, dan kelompok rumah tangga pemerintah yang
terutamaberfungsi sebagai pengatur dan pengawas jalannya roda perekonomian.
Masing-masingkelompok dan anggota kelompok mempunyai kewajiban untuk berusaha,baik
secara sendiri maupun bersama-masa, merealisasikan tercapainya tujuan
tersebut.Karena tujuan tersebut merupakan tujuan jangka panjang, usaha untuk
mencapainyaharus dilakukan secara bertahap tetapi berkesinambungan.
Apakah usaha tersebut akan
berhasil atau tidak banyak bergantung pada
kesungguhan niat dan kemantapan tekad masing-masing kelompok dan
anggotanya.Untuk mengetahui apakah usaha itu sudah menuju ke arab yang benar
dansesuai dengan intensitas yang diinginkan, perlu adanya alat pengukur yang
sifatnyaobjektif dan dapat diandalkan. Bagi masing-masing anggota kelompok
yangberpartisipasi dalam kegiatan ekonomi nasional, baik ia seorang konsumen
ataupunseorang produsen, keberhasilan usahanya
agak lebih mudah dirasakan dan diketahui Bagi seorang konsumen misalnya, ukuran
keberhasilan usahanya dapat berupameningkatnya kepuasan atau kenikmatan yang
diperoleh dari barang atau jasa yang diperolehnya, sedang bagi seorang produsen barangkali ukuran keberhasilan
itu dapat berbentuk sebagai besarnya laba. Namun bagi masyarakat secara
keseluruhan,
keberhasilan usaha mereka itu lebih sulit dirasakan dan diketahui, karena keberhasilan seorang konsumen memperoleh sesuatu barang, misalnya, seringkali
harus diimbangi dengan pengorbanan barang yang lain, sehingga pertukaran itu
bagi seorang konsumen dapat jelas dirasakan menguntungkan atau merugikan, tetapi
bagi semua konsumen, penjumlahan berbagai keuntungan dan kerugian itu tidak
mudah dilakukan karena keuntungan dan kerugian itu tidak mudah dikuantifikasikan. Di samping itu alat pengukur yang benar-benar tepat dalam arti :
1) mampu mengukur secara objektif dan benar keberhasilan usaha yang ingin
diukur.
2) mampu mengukur secara objektif dan benar secara keberhasilan usaha yang
menyeluruh (agregat)
3) mampu mengukur secara objektif dan benar keberhasilan usaha secara akurat,
tidaklah mudah diperoleh.
Pendapatan Nasional mula-mula dicoba dirumuskan oleh Boisgillebert di
Perancis dan Petty di Inggris pada abad tujuh belas. Pandangan mereka
tentangPendapatan Nasional berkisar pada nilai uang, barang dan jasa yang dihasilkan
dandikonsumsikan. Konsep ini kemudian dikembangkan dengan jalan memasukkan
tambahan tahunan pada stok modal yang sudah ada di dalam negeri. Sesudah
dilakukannya sensus pada tahun 1840 di Amerika Serikat, yang untuk pertama
kalinya ditanyakan berbagai informasi ekonomi, Tucker mencoba menaksir
Produk
Nasional Amerika Serikat pada tahun 1843. Dalam konsep Tucker ini jasa
belum
diperhitungkan seperti juga pada
konsep Boisgillebert dan Petty. Perhatian pemerintahpada usaha perhitungan Pendapatan Nasional memang kecil, sebab
sebelum Keynestitik berat perhatian ekonomi adalah pada ilmu ekonomi mikro,
bukan ilmu ekonomimakro.
Pada tahun 1932 karena ada pergeseran perhatian ke arah pendapatan nasionalmulai
lebih diintensitkan. Studi yang mendalam perhitungan Pendapatan Nasionalmulai
dilaksanakan di bawah Simon Kuznets dan hasilnya diumumkanpada tahun1934. Sejak
itu Pendapatan Nasional atau lebih tepatnya Produk nasional Brutomendapatkan kedudukan sebagai alat pengukur kegiatan ekonomi
yang palingpenting. penemuan dan alat pengukuran konsep Produk Nasional Bruto
merupakanpula bukti statistik gagasan Adam Smith yang menyatakan bahwa
kemakmuransuatu negara tidak diukur dari banyaknya
logam mulia yang dimilikinya, tetapi daribanyaknya barang danjasa yang dihasilkan
oleh masyarakatnya.
Walaupun Produk Nasional Bruto sebagi indikator kemakmuran material
banyakdigunakan di negara yang menggunakan sistem ekonomi liberal maupun
campuran,namun tidak berarti bahwa indikator itu sudah sempuma dan benar-benar
mampumenggambarkan seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh para
anggotamasyarakat. Di samping kelemahan yang menyangkut kemampuan PNB
dalammengukur kualitas hidup dan distribusi pendapatan, masih ada pula kelemahan lainPNB dalam
fungsinya sebagai indikator kegiatan ekonomi agregat karena tidakdiikutkannya
transaksi yang tidak melalui pasar. Padahal transaksi seperti itu
banyak,apalagi di negara yang sedang berkembang. Tetapi sejauh ini belum ada ukuran lainyang lebih baik. Ukuran
lain dapat membantu atau merupakan suplemen bagi PNB,tetapi tidak dapat
digunakan sebagai pengganti PNB sepenuhnya.
Untuk menghitung besarnya PNB ada cara pendekatan yang sering ditempuh.Cara
pendekatan itu adalah cara pendekatan pengeluaran yang dilakukan olehrumah
tangga-rumah tangga yang berpartisipasi dalam arus kegiatan ekonominasional dan
cara pendekatan penerimaan yang diperoleh para pemilik faktor yangikut
berpartisipasi dalam proses produksi.
A. Pendekatan Pengeluaran
Pengeluaranitusecara umum
disebut konsumsi (C = Consumption). Pengeluaran rumah tangga perusahaan pada umumnya berbentukspengeluaran untukmembeli barangmodal dan disebut investasi(I=Investmen). Sedang pengeluaran rumah tangga pemerintahuntuk membeli barang dan jasa dari sektor swasta disebut pengeluaran pemerintah
(G=Gonverment Expenditure). Di samping itubagi negara yang juga melakukan hubungan ekonomi dengan negara lain, masih dapat pengeluaran bersih pembelianbarang dan jasa oleh
orang dan badan asiog. Pengeluaran jtu_disebut ekspor netto(X-M = ekspor dikuruangi impor, atau net eksport)
Secara singkat cara pendekatan pengeluaran ini dapat
dirumuskan sebagaiberikut:
B. Pendekatan
Penerimaan
Cara pendekatan penerimaan adalah komplemen cara pendekatan pengeluaran,karena sebenarnya cara pendakatan
penerimaan bertitik tolak dari
pengertian bahwaapa yangdikeluarkan oleh salah satu rumah tangga pasti menjadi penerimaan rumah tangga yang
lain.
Komentar
Posting Komentar