BAB 8 ILMU PENGETAHUAN,TEKNOLOGI, dan KEMISKINAN

TUGAS 5 ILMU SOSIAL DASAR






A. Pendahuluan
"llmu Pengetahuan" lazim digunakan dalam pengertian sehari-hari, terdiridari dua kata, "ilmu" dan "pengetahuan", yang masing-masing mempunyaiidentitas sendiri-sendiri. Dalam membicarakan "pengetahuan" saja akanmenghadapi berbagai masalah, seperti kemampuan indera dalammemahamifakta pengalaman dan dunia realitas, hakikat pengetahuan, kebenaran,kebaikan, membentuk pengetahuan, sumber pengetahuan, dsb. Kesemuanyatelah lama dipersoalkan oleh para ahli filsafat seperti Socrates, Plato, danAristoteles, di mana teori pengetahuan merupakan cabang atau sistem filsafat.
Oleh J.P. Farrier, dalam Institutes of metaphisics (1854), pemikiran tentangteori pengetahuan itu disebut ''epistemologi" (epistem = pengetahuan, logos=pembicaraanilmu).
Keperluan sekarang adalah pengetahuan ilmiah yang harus ditingkatkankarena pengetahuan, perbuatan, ilmu, dan etika makin saling bertautan.
Berulang kali harus diambil keputusan dalam menerapkan secara praktispengetahuan ilmiah. moral ilmiah. Semuanya itu memperlihatkan suatu perpaduanSemuanya itu memperlihatkan suatu perpaduan daripertimbangan dari pertimbangan moral ilmiah. Dalam hal ini dipertanyakan bagaimanamengkaji kemampuan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan gunamemanfaatkan sumber daya alam, dan bagaimana memanfaatkan sumber dayauntuk membasmi kemiskinan.
Teknologi dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapatmenyongsong masa depan cerah, kepercayaannya sudah mendalam. Sikapdemikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional.
Sebab teknologi, selain mempermudah kehidupan manusia, mempunyaidampak sosial yang sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologiitusendiri.
Schumacher, dalam Kecil itu Indah, dunia modern yang dibentuk olehteknologi menghadapi tiga krisis sekaligus. Pertama, sifat kemanusiaanberontak terhadap pola-pola politik, organisasi, dan teknologi yang tidakberperikemanusiaan, yang terasa menyesakan napas dan melemahkan badan.
Kedua, lingkungan hidup menderita dan menunjukkan tanda-tandasetengah binasa. Ketiga, penggunaan sumber daya yang tidak dapat dipulihkan,seperti bahan bakar, fosil, sedemikian rupa sehingga akan terjadi kekurangansumber daya alam tersebut. Oleh karena itu dipertanyakan, bagaimana perananteknologi dalam usaha mengatasi kemiskinan dan membatasi alternatifpemecahan masalah serta mempengaruhi hasilnya.
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagaiperjuangan yang akan memperoleh kemerdekaan bangsa dan motivasi fundamentaldari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur. Hal itu sudahsejak lama oleh sarjana ekonomi di banyak negara digeluti dan dipecahkan,dan setiap kali pula pemecahannya lolos dari genggaman, dan berkembang menjadi masalah baru. Berbicara tentang masalah kemiskinan akan dihadapkankepada persoalan lain, seperti persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok,posisi manusia dalam lingkungan sosial, dan persoalan yang lebih jauh;bagaimana ilmu pengetahuan (ekonomi) dan teknologi memanfaatkan sumberdaya alam untuk membasmi kemiskinan.
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan merupakan bagian-bagianyang tidak dapat dibebaskan dan dipisahkan dari suatu sistem yangberinteraksi, interelasi, interdependensi, dan ramifikasi (percabangannya).
Dengan demikian wajarlah apabila menghadapi masalah yang kompleks ini,memerlukan studi mendalam dan analisis interdisipliner kalau tidak maumencampuradukkan unsur-unsur sintesis dengan sintesisnya sendiri.
Maka usaha mulia berikutnya adalah untuk membuatnya operasional dalamrangka social engineering-nya. Oleh sebab itu tulisan ini hanyalah bersifatpenjajagan problema, kalau mungkin sampai mencari interelasi, interaksi,interdependensi, dan ramifikasi dari berbagai unsur sistem dan subsistem.
B. Ilmu Pengetahuan
            Menurut Decartes ilmupengetahuan merupakan serba budi; oleh Bacon dan David Hotne diartikansebagai pengalaman indera dan batin; menurut Immanuel Kant pengetahuanmerupakan persatuan antara budi danpengalaman; dan teori Phyroomengatakan, bahwa tidak ada kepastian dalarna pengetahuan. Dari berbagaimacam pandangan tentang pengetahuan diperoleh sumber-sumberpengetahuan berupa ide, kenyataan, kegiatan akal-budi, pengalaman, sintesisbudi, atau meragukan karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuanyang pasti.
Untuk membuktikan apakah isi pengetahuan itu benar, perlu berpangkalpada teori-teori kebenaran pengetahuan. Teori pertama bertitik tolak adanyahubungan dalil, di mana pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi)itu mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu. Kedua,pengetahuan itu benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan. Teori ketigamenyatakan, bahwa pengetahuan itu benar apabila mempunyai konsekuensipraktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan itu.
Banyaknya teori dan pendapat tentang pengetahuan dan kebenaranmengakibatkan suatu definisi ilmu pengetahuan akan mengalami kesulitan.
Sebab, membuat suatu definisi dari definisi ilmu pengetahuan yang dikalanganilmuwan sendiri sudah ada keseragaman pendapat, hanya akan terperangkapdalam tautologis (pengulangan tanpa membuat kejelasan) dan pleonasme ataumubazir saja.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan objektif diperlukansikap yang bersifat ilmiah. Bukan membahas tujuan ilmu, melainkanmendukung dalam mencapai tujuan ilmu itu sendiri, sehingga benar-benarobjektif, terlepas dari prasangka pribadi yang bersifat subjektif. Sikap yangbersifat ilmiah itu meliputi empat hal:
a.  tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuanilmiah yang objektif.
b.    Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapisupaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihanterhadap hipotesis yang ada.
c.  Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubahmaupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapaiilmu.
d.  Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori, maupun aksioma terdahulutelah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber. Kebenaranpengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk langkahselanjutnya. llmu pengetahuan itu sendiri mencakup ilmu pengetahuan alamdan ilmu pengetahuan sosial dan kemanusiaan, dan sebagai apa yang disebutgeneric meliputi segala usaha penelitian dasar dan terapan sertapengembangannya.
Penelitian dasar bertujuan utama menambahpengetahuan ilmiah, sedangkan penelitian terapan adalah untuk menerapkansecara praktis pengetahuan ilmiah. Pengembangan diartikan sebagiapenggunaan sistematis dari pengetahuan yang diperoleh penelitian untukkeperluan produksi bahan-bahan, cipta rencana sistem metode atau prosesyang berguna, tetapi yang tidak mencakup produksi atau engineeringnya(Bachtiar Rifai, 1975).
Contoh sederhana tapi mendalam terjadi pada masyarakat mitis. Dalammasyarakat tersebut ada kesatuan dari pengetahuan (mitis) dan perbuatan(sosial), demikian pula hubungan sosial di dalam suku dan kewajiban setiapindividu sudah terang. Argumen ontologis. kalau meminjam teori Plato, artinyaberteori tentang wujud atau hakikat yang ada. Keadaanya sekarang sudahberkembang sehingga manusia sudah mampu membedakan antara ilmupengetahuan dengan etika dalam suatu sikap yang dapat dipertanggungjawabkan.
Alasan lain untuk mengintegrasikan kedua bidang tersebut ialah karenadalam perkembangan ilmu-ilmu modern, pengetahuan manusia telah mencapailingkupnya yang paling luas, dimulai dengan pikiran ontologis, kemudianmengambil jarak terhadap alam sekitarnya. Alam dipelajari, direnggut, dandigauli, rahasia-rahasianya dimanfaatkan bagi manusia. Timbul kesan seolah-olahpengetahuan ilmiah merupakan suatu tujuan sendiri (ilmu demi ilmu).
Bahkan ada ilmu pengetahuan murni, jadi lepas dari apa yang ada di luarruang lingkup ilmu, lepas dari masyarakat dan hidup sehari-hari. Di sinimanusia berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai kebaikan dankejahatan, kesadaran politik, nilai-nilai religius, dan sebagainya. Olehpandangan ini, kaidah etis beserta nilai-nilainya dicap sebagai soal-soal ekstrailmiah (di luar bidang ilmu).
Sekarang tidak dapat netral dan bersikap netral lagi terhadap penyelidikanilmiah. Karena manusia hidup dalam satu dunia, hasil ilmu pengetahuan dapatmembawa kepada malapetaka yang belum pernah kita bayangkan sehinggaperlu etika ilmu pengetahuan sebagai satu-satunya jalan keluar. Lebih lanjutdiakui oleh filsafat modern, bahwa manusia dalam pekerjaan ilmiahnya tidakhanya bekerja dengan akal budinya, melainkan dengan seluruh eksistensinya,dengan seluruh keadaannya, dengan hatinya, dengan pancainderanya sehinggamanusia, dalam mengambil keputusannya,membuat pilihannya terlebih dahulu, mendapat pertimbangan denganajaran agama, dan nilai-nilai atau norma kesusilaan. Konteks ilmu denganajaran agama dalam rangka meningkatkan ilmuwan itu sendiri sejajar denganorang-orang yang beriman pada derajat yang tinggi, sebagai pemegang amanat,dan akan tetap memperoleh pahala.
Ilmu pengetahuan sekarang menghadapi kenyataan kemiskinan, yang padahakikatnya tidak dapat Rlelepaskan diri dari kaitannya dengan ilmu ekonomikarena kemiskinan merupakan persoalan ekonomi yang paling elementer, dimana kekurangan dadpat menjurus kepada kematian. Tetapi di lain pihakekonomi sekarang berada pada puncak kegemilangan intelektual, banyakmenggunakan penilaian matematis dan usaha pembuatan model matematisyang merupakan usaha yang amat makmur (American Ekonomic Association).
Dalam hal ini tentu ekonomi perlu menyajikan analisis yang relevandengan kehidupan sehari-hari dengan bermacam-macam kadar asumsinya,sebab, apabila bertentangan dengan nilai-nilai atau etika yang hidup dalammasyarakat dan model-model yang dibangunnya tidak relevan, akan memberikesan sebagai suatu ilmu yang mengajarkan keserakahan.
Maka sebagai gantinya dapat disodorkan apa yang disebut ekonomikaetik Prof. Dr. Ace Partadiredja, "Ekonomik Etik", pada pengukuran GuruBesar Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogya, 1981 ).
B. Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secaraakademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body of knowledge),dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertianberhubungan dengan proses produksi; menyangkutcara bagaimana berbagaisumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untukmerealisasi tujuan produksi. "Secara konvensional mencakup penguasaan duniafisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutamateknologi sosial pembangunan (the social technology of development) sehinggateknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani."(Eugene Staley, 1970).
Dari batasan di atas jelas, bahwa teknologi social pembangunanmemerlukan semua science dan teknologi untuk dipertemukan dalammenunjang tujuan-tujuan pembangunan, misalnya perencanaan dan programingpembangunan, organisasi pemerintah dan administrasi negara untukpembangunan sumber-sumber insani (tenaga kerja, pendidikan dan latihan),dan teknik pembangunan khusus dalam sektor-sektor seperti pertanian, industri,dan kesehatan.
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja ( 1980)memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.  Rasionalitas, artinya tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakanyang direncanakan dengan perhitungan rasional.
b.   Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidakalamiah.
c.  Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusandilaksankaan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampumengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis.
d.   Teknis berkembang pada suatu kebudayaan.
e.   Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan salingbergantung.
f.  Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan danediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
g.   Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Dengan semakin meningkatnya teknologi, tempat proses perubahan itutidak dapat dipandang "normal" lagi, dan tercapailah akselerasi eksternmaupun intern (psikologis) yang merupakan kekuatan sosial yang kurangmendalam dipahami.
Dalam hal akselerasi, apabila masa depan itu menyerbu masa kini dengankecepatan yang terlampau tinggi, maka masyarakat atas dapat mengindappenyakit "progeria", yakni tingkat menua yang lanjut sekalipun secarakronologis usianya belum tua. Bagi masyarakat semacam itu, perubahantersebut seolah-olah tidak dapat dikendalikan lagi, kemudian dicari semacamkekebalan diplomatik terhadap perubahan. Tak mustahil pula akan timbulfuture shock atau "kejutan masa depan", yaitu sesuatu penderitaan fisik danatau mental yang timbul apabila sistem adaptif fisik dari organisme manusiaitu, beserta proses pembuatan keputusannya, terlampau banyak dilewati dayadukungnya.
Akselerasi perubahan secara drastis dapat mengubah mengalirkan"situasi". Dalam hal ini situasi dapat dianalisis menurut lima komponen dasar,yaitu (l) benda, (2) tempat, (3) manusia, (4) organisasi dan (5) ide. Hubungankelima komponen itu, ditambah dengan faktor waktu, membentuk kerangkapengalaman sosial.

B. Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untukmemenuhi kebutuhan hidup yang pokok. dikatakan berada di bawah gariskemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupyang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dll. (Emil Salim,1982).
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa, sebagaiinspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamentaldari cita-cita menciptakan masyarakat adil dan makmur.
Garis kemiskinan, yang menentukan batas minimum pendapatan yangdiperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal:(1) persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan, (2)posisi manusia dalam lingkungan sekitar, dan (3) kebutuhan objektif manusiauntuk bisa hidup secara manusiawi.
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan di pengaruhioleh tingkat pendidikan, adat-istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalamhal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusiadalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan,melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakatsekitarnya. Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawiditentukan oleh komposisi pangann apakah bernilai gizi cukup dengan nilaiprotein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur. jenis kelamin, sifatpekerjaan, keadaan iklim dan lingkugan yang dialaminya.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa dan tertuangkandalam nilai uang sebagai patokan bagi penetapan pendapatan minimal yangdiperlukan, sehingga garis kemiskinan ditentukanoleh tingkat pendapatanminimal (versi Bank Dunia di kota 75 dolar AS, dan di desa 50 dollar AS perjiwa setahun, 1973). Menurut Prof. Sayogya (1969), garis kemiskinandinyatakan dalam rp/tahun, ekuivalen dengan nilai tukar beras (kg/orang/bulan, yaitu untuk desa 320 kg/orang/tahun dan untuk kota 480 kg/orang/tahun).
Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup di bawah garis kemiskinanmemiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.     tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan,dsb.;
b.     tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha:
c.    tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat sekolah dasarkarena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan;
d.     kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas self employed),berusaha apa saja;
e.       banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyaiketerampilan.
Sumber : Harwantiyoko, Neltje F. Katuuk. (1997), Seri diktat kuliah : MKDU Ilmu Sosial Dasar, Depok: Penerbit Gunadarma

Komentar

Postingan Populer