Metode Ilmiah



Setelah beberapa post sebelumnya yang menjelaskan tentang pengantar mengenai penalaran, kemudian perbedaan karangan ilmiah dan non-ilmiah, pada post ini saya akan menjelaskan mengenai cara atau metode yang digunakan dalam melakukan penulisan ilmiah.

A. Pengertian Metode Ilmiah

Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa inggris: scientific method) memiliki banyak definisi. Metode adalah prosedur atau cara seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk mempermudah memecahkan masalah secara teratur, sistematis, dan terkontrol. Ilmiah adalah  sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan bukti fisis. Sehingga jika dua pengertian tersebut digabungkan maka metode ilmiah adalah suatu proses atau cara keilmuan dalam melakukan proses ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis.

(Almack, 1939) mengatakan bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.

Menurut (McCleary, 1998), Untuk memperoleh pengetahuan atau kebenaran pada metode ilmiah harus diatur oleh pertimbangan-pertimbangan yang logis.

Ilmu pengetahuan seringkali berhubungan dengan fakta, sehingga cara mendapatkan jawaban-jawaban dari semua pertanyaan yang ada pun harus secara sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hubungan antara penelitian dengan metode ilmiah sangat erat dan tidak terpisahkan satu dengan lainnya.

Sehingga metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Dengan adanya metode ilmiah ini pertanyaan-pertanyaan dasar dalam mencari kebenaran seperti apakah yang dimaksud, apakah benar demikian, mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan sebagainya, akan lebih mudah terjawab.

B. Tujuan Metode Ilmiah

Setelah mengetahui mengenai pengertian metode ilmiah, bagian ini akan menjelaskan "Mengapa metode ilmiah digunakan atau perlu dipelajari?". Sebagai seseorang akademisi, mahasiswa ataupun seorang peniliti, Metode Ilmiah digunakan untuk melakukan pencarian data dan fakta sebagai syarat ketika melakukan penelitian atau penulisan ilmiah. Beberapa hal yang menjadi tujuan ketika menggunakan metode ilmiah adalah :
  1. Mengorganisasikan fakta. Fakta yang didapatkan ketika melakukan suatu penelitan pasti didapat dari berbagai sumber serta terkadang kuantitas dari data yang didapatkan bernilai besar, untuk itulah metode ilmiah ini digunakan.
  2. Meningkatkan keterampilan, baik dalam menulis, menyusun, mengambil kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip yang dijadikan dasar ketika penulisan.
  3. Pengejaran terhadap kebenaran yang diatur dalam pertimbangan logis.
  4. Pencarian ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
  5. Pencarian atas pengetahuan ilmiah (rasional, dan teruji) sehingga dapat diandalkan

C. Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah haruslah dimiliki oleh seorang yang melakukan penelitian ataupun profesinya sebagai peneliti, dengan tujuan hasil penelitian yang didapat maksimal.  Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude”. Sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan.

Triandis mendefinisikan sikap sebagai : “ An attitude is an idea charged with emotion which predicts possesses a class of actions to a particular class of social situation”.

Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.

Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa : ”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecenderungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.

Beberapa sikap ilmiah diantaranya sebagai berikut :
  1. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang. Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034 m3, padahal seharusnya 0,005 m3.
  2. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu. Contoh : Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu burung mempunyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.
  3. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.
  4. Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat. Contoh: Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta.
  5. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh ketelitian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.
  6. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki, apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya, maka ia berusaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan eksperimen.
  7. Sikap menghargai karya orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain.
  8. Sikap tekun, Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya “meragukan” tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
Itulah beberapa sikap yang harus dimiliki seseorang ketika melakukan penelitian, ataupun seseorang yang berkecimpung dalam bidang akademis.

D. Tahapan Penulisan Ilmiah

Ketika membuat suatu penulisan ilmiah, seseorang haruslah mendefinisikan masalah dan tujuan dibuatnya penulisan. Untuk lebih spesifik, dibawah ini tahapan yang harus dilewati ketika seseorang membuat suatu karya ilmiah.
  1. Masalah. berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris dan teoritis, sebagai suatu aktivitas pendahuluan. Agar masalah ditemukan dengan baik memerlukan fakta-fakta empiris dan diikuti dengan penguasaan teori yang diperoleh dari mengkaji berbagai literatur relevan.
  2. Rumusan masalah. Pembuatan rumusan berdasarkan masalah yang ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.
  3. Pengajuan hipotesis. Setelah dirumuskannya sebuah masalah, maka peneliti yang bersangkutan membuat sebuah perkiraan atau hipotesis yang relevan dengan masalah yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.
  4. Metode/strategi pendekatan penelitian. Kemudian untuk menguji hipotesis maka peneliti memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai.
  5. Menyusun instrumen penelitian. Langkah setelah menentukan metode/strategi pendekatan, maka peneliti merancang instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data, misalnya angket, pedoman wawancara, atau pedoman observasi, dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen agar instrumen memang tepat dan layak untuk mengukur variabel penelitian.
  6. Mengumpulkan dan menganalisis data. Data penelitian dikumpulkan dengan Instrumen yang kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan alat-alat uji statistik yang relevan dengan tujuan penelitian atau pengujian secara kualitatif.
  7. Simpulan. Langkah terakhir adalah membuat simpulan dari data yang telah dianalisis. Melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan kebenarannya.
Itulah tahapan ketika seseorang membuat penulisan atau karya ilmiah. Tahapan tersebut harus dilakukan agar penulisan ilmiah yang dibuat telah memenuhi prasyarat dan karakteristik sebuah penulisan ilmiah yang telah dijelaskan di post sebelumnya tentang perbedaan karangan ilmiah dan non-ilmiah.

Dan itulah penjelasan tentang metode ilmiah dalam sebuah penulisan, semoga dapat menambah pengetahuan tentang metode yang harus dilakukan ketika penulisan ilmiah.


Sumber :

Komentar

Postingan Populer