Tugas 2 - Teori Organisasi Umum 1
TEORI DAN
PROSES ORGANISASI
A. Tipe atau Bentuk Organisasi
Bentuk atau tipe organisasi dibagi dalam 3 tipe sesuai dengan teori
organisasi, yaitu :
1. Teori organisasi klasik
2. Teori organisasi Neoklasik
3. Teori Organisasi Modern
A. Teori Organisasi Klasik
Teori klasik (classical theory) kadang-kadang disebut juga teori
tradisional, yang
berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai tahun 1800-an (abad 19) .
Dalam teori ini, organisasi secara umum digambarkan oleh para teoritisi
klasik sebagai sangat tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta
memberikan petunjuk mekanistik struktural yang kaku tidak mengandung kreativitas.
Teori klasik mendifinisikan organisasi sebagai struktur hubungan,
kekuasaan, tujuan, peranan, kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain yang
terjadi bila orang-orang bekerja sama.
Teori klasik berkembang dalam tiga aliran yang dibangun atas dasar anggapan
yang sama dan mempunyai efek yang sama, yaitu :
a. teori birokrasi
b. teori administrasi dan
c. teori manajemen ilmiah.
a. Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max
Weber dalam bukunya "The Protestant
Ethic and Spirit of Capitalism".
Kata birokrasi mula-mula
berasal dari kata legal-rasional. Organisasi itu legal, karena wewenangnya
berasal dari seperangkat aturan prosedur dan peranan yang dirumuskan secara
jelas, dan organisasi disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan
perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Karakteristik-karakteristik
birokrasi menurut Weber adalah :
· Pembagian kerja yang jelas
· Hirarki wewenang yang
dirumuskan secara baik
· Program rasional dalam
pencapaian tujuan organisasi
· Sistem prosedur bagi
penanganan situasi kerja
· Sistem aturan yang mencakup
hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan
· Hubungan antar pribadi yang
bersifat impersonal
b. Teori Administrasi
Teori ini sebagian besar
dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol (1841-1925) dan Lyndall Urwick
dari Eropa serta Mooney dan Reiley dari Amerika.
Henri Fayol seorang
industrialis dari Perancis, mengemukakan dan membahas 14 (empat belas) kaidah
manajemen yang menjadi
dasar perkembangan teori
administrasi yaitu :
·
Pembagian kerja (division of
work)
·
Wewenang dan tanggung jawab
(authorityand responsibility)
·
Disiplin ( dicipline)
·
Kesatuan perintah (unity of
command)
·
Kesatuan pengarahan (unity of
direction)
· Mendahulukan kepentingan umum
dari pada kepentinganpribadi (subordination of individual interesto general
interests)
·
Balas jasa ( remuneration of
personnel)
·
Sentralisasi (centralization)
·
Rantai skalar (scalar chain)
·
Aturan (order)
·
Keadilan (equity)
·
Kelanggengan personalia
(stability of tenure of personnel)
·
Inisiatif (initiative)
·
Semangat korps (esprit de
corps)
Henri Fayol juga memerinci
fungsi-fungsi kegiatan administrasi menjadi elemen-elemen manajemen, yang
dikenal sebagai Fayol's Functionalism atau teori fungsionalisme Fayol, yaitu :
·
Perencanaan
·
Pengorganisasian
·
pemberian perintah
·
pengkoordinasian
·
pengawasan.
James D. Mooney dan Allen
Reilly pada tahun 1931 menulis dan menerbitkan buku mereka, "Onward Industry". Mereka menyebut
koordinasi sebagai faktor terpenting dalam perencanaan organisasi, dan
menekankan tiga prinsip organisasi yaitu :
·
Prinsip koordinasi
·
Prinsip skalar
·
Prinsip fungsional
c. Teori Manajemen Ilmiah
Manajemen ilmiah (scientific management) dikembangkan mulai tahun 1900 oleh
Frederick Winslow Taylor. Teori manajemen ilmiah masih banyak dijumpai dalam praktek-praktek
manajemen modem. Ada dua pendapat tentang manajemen ilmiah, pendapat pertama
mengatakan manajemen ilmiah merupakan penerapan metode ilmiah pada studi,
analisa dan pemecahan masalah-masalah organisasi. Sedang pendapat kedua
mengatakan manajemen ilmiah adalah seperangkat mekanisme atau teknik "a bag
of tricks" untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi.
Taylor dalam teorinya mengemukakan empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan
dalam organisasi perusahaan, yaitu :
· Menggantikan metoda-metoda
kerja dalam praktek dengan berbagai metoda yang dikembangkan atas dasar ilmu
pengetahuan tentang kerja yang ilmiah dan benar.
· Mengadakan seleksi,
latihan-latihan dan pengembangan para karyawan secara ilmiah.
· Pengembangan ilmu tentang
kerja serta seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah harus
diintegrasikan.
· Untuk mencapai manfaat manajemen
ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan mental para karyawan.
B. Teori Organisasi Neoklasik
Teori neoklasik secara sederhana dikenal sebagai teori/aliran hubungan
manusiawi (The human relation movement). Teori neoklasik dikembangkan atas
dasar teori klasik.
Dasar teori ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan sosial
karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya, atas dasar
anggapan ini maka teori neoklasik mendefinisikan "suatu organisasi" sebagai
sekelompok orang dengan tujuan bersama.
Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan
yang dilakukan di Hawthorne dan dari tulisan Hugo Munsterberg.
Hugo Munsterberg dikenal sebagai pencetus psikologi industri, dan
tulisannya yang menonjol dalam buku yang berjudul Psychology and Industrial Efficiency tahun 1913. Buku ini merupakan
jembatan penting antara manajemen ilmiah dan perkembangan lebih lanjut dari
teori neoklasik. Dalam hal ini, Munsterberg menekankan adanya beberapa perbedaan
karakteristik individual dalam organisasi dan mengingatkan adanya pengaruh
faktor sosial dan budaya terhadap organisasi.
Percobaan-percobaan di Hawthorne yang dilakukan dari tahun 1924 sampai 1932
menandai permulaan perkembangan teori hubungan manusiawi. Percobaan ini
merupakan kristalisasi teori neo klasik. Penemuan-penemuan Hawthorne telah
menambah dimensi-dimensi baru dan essensial bagi teori organisasi. Di dalam
studi Hawthorne tersebut telah memperkenalkan gagasan bahwa organisasi adalah
suatu sistem terbuka di mana segmen teknis dan manusiawi saling berkaitan erat.
Dan pada akhirnya percobaan-percobaan Hawthorne menunjukkan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok
kerja kohesif sangat berpengaruh pada operasi organisasi.
Dalam hal pembagian kerja, teori neoklasik telah mengemukakan perlunya
hal-hal sebagai berikut :
a) Partisipasi, yaitu melibatkan setiap orang dalam proses pengambilan
keputusan
b) Perluasan kerja (job enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi
c) Manajemen bottom-up yang akan memberikan kesempatan kepada para junior untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan manajemen puncak.
C. Teori Organisasi Modern
Teori modern yang kadang-kadang disebut juga sebagai analisa sistem pada
organisasi merupakan aliran besar ketiga dalam teori organisasi dan manajemen.
Teori modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan
saling ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah
suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi
organisasi merupakan sistem terbuka.
Teori modern dikembangkan sejak tahun 1950, dalam banyak hal yang mendalam teori
modern berbeda dengan teori klasik, perbedaan tersebut diantaranya adalah :
a) Teori klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi organisasi,
Sedangkan Teori modern dengan tekanan pada perpaduan dan perancangan menjadikan
pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh.
b) Teori klasik telah membicarakan konsep koordinasi, skalar dan vertikal, sedangkan
Teori modern lebih dinamis dari pada teori lainnya dan meliputi lebih banyak
variabel yang dipertimbangkan.
Teori modern menyebutkan bahwa kerja suatu organisasi adalah sangat
kompleks,
dinamis, multilevel, multidimensional, multivariable dan probabilistik.
Dengan analisa sitem teori organisasi modern mencoba untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang saling berhubungan, pertanyaan kunci tersebut
diantaranya adalah :
a) Apa yang merupakan bagian-bagian strategis sistem
b) Apa yang menyebabkan mereka saling bergantung
c) Proses-proses inti apa yang menghubungkan bagian-bagian secara bersama-sama
dan memberikan penyesuaian satu sama lain
d) Tujuan apa yang hendak dicapai melalui sistem
Konsep sistem umum menjadi dasar utama analisa organisasi dalam teori
modern, dart secara ringkas kedua teori ini, baik teori modern maupun teori
sistem umum mempelajari :
a) Bagian-bagian dalam keseluruhan dan pergerakan individu di dalam dan di
luar sistem
b) interaksi individu-individu dengan lingkungan yang terjadi dalam sistem
c) interaksi diantara individu-individu dalam sistem
d) masalah-masalah pertumbuhan dan stabilitas sistem.
Teori modern menunjukkan tiga kegiatan proses hubungan universal yang
selalu
muncul pada sistem manusia dalam perilakunya berorganisasi, yaitu :
a) Komunikasi
b) Konsep keseimbangan
c) Proses pengambilan keputusan
Perkembangan teori organisasi yang telah dibahas, memberikan dasar
munculnya berbagai pendekatan manajemen yang berbeda-beda, adapun
pendekatan-pendekatan manajemen tersebut adalah :
a) Pendekatan proses, pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan fungsional,
operasional, universal dan tradisional.
b) Pendekatan keperilakuan (behavior approach), pendekatan ini sering disebut pendekatan
hubungan manusiawi (human relation approach).
c) Pendekatan kuantitatif (quantitative approach) sering dinyatakan dengan
istilah management science ataupun operation research.
d) Pendekatan sistem.
e) Pendekatan contingency (situasional).
B. Struktur
Organisasi
Struktur organisasi walaupun hanya menyajikan kerangka
bangunan organisasi, tetapi merupakan
suatu subsistem penting dalam sistem organisasi formal. Dalam menganalisis struktur suatu
organisasi, tidak bisa lepas begitu
saja dari desain organisasi.
Struktur organisasi
disusun adalah untuk membantu pencapaian tujuan organisasi dengan lebih efektif.
Tujuan organisasi tersebut akan menentukan struktur organisasinya. Jadi
struktur organisasi
merupakan suatu kerangaka yang menunjukkan seluruh kegiatan-kegiatan untuk pencapaian
tujuan organisasi, hubungan antar fungsi serta wewenang dan tanggung jawabnya di
samping itu struktur organisasi juga mencerminkan mekanisme-mekanisme formal pada
pengelolaan organisasi.
Struktur organisasi (formal) mempunyai dua muka yaitu :
a) model struktur, dalam hal ini kita dapat mempergunakan prinsip-prinsip
teori orgamsasi.
b) dimensi-dimensi dasar struktur, yang akan menentukan kegiatan-kegiatan dan
hubungan-hubungan yang harus dilakukan dan tingkat spesialisasi yang dapat
diberikan.
Ada beberapa variable-variabel yang menentukan desain struktural organisasi
yaitu :
a) Strategi dan struktur
Hubungan erat antara strategi
dan struktur organisasional pertama kali dijelaskan oleh Chandler dalam
studinya pada beberapa perusahaan besar di Amerika. Chandler mengatakan bahwa
struktur mengikuti strategi, dan strategi ini pada gilirannya akan mempengaruhi
struktur organisasi yaitu :
· strategi menentukan
kegiatan-kegiatan organisasional yang merupakan basis pokok bagi desain
organisasi
· strategi mempengaruhi pemilihan
teknologi dan orang-orang yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan tersebut
· strategi menentukan lingkungan
spesifik di mana organisasi akan beroperasi.
b) Lingkungan yang melingkupinya
Dalam pembahasan mengenai
pengaruh lingkungan pada desain organisasi secara terperinci perlu membedakan tiga
tipe lingku!lgan sebagai berikut :
· Lingkungan stabil, yaitu
lingkungan dengan scdikit atau tanpa pcrubahan yang tidak diperkirakan atau
secara tiba-tiba.
· Lingkungan berubah (changing
environment), yaitu lingkungan di mana inovasi (perubahan) mungkin terjadi
dalam setiap atau seluruh bidang.
· Lingkungan bergejolak
(turbulent environment), yaitu lingkungan di mana sering terjadi perubahan
secara drastis.
c) Teknologi yang digunakan
Menurut Woodward ada sejumlah
hubungan antara proses teknologi clan struktur organisasi yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
· Semakin kompleks teknologi,
semakin besar jumlah manajcr dan tingkatan manajemen.
· Rentang kendali manajemen para
manajer lini pertama meningkat dari produksi massa ke proses
· Semakin tinggi kompleksitas
teknologi perusahaan scmakin bcsar jumlah staff administratif dan klerikal.
Dari ketiga hal tersebut,
dapat dikatakan bahwa perusahaan-pcrusahaan yang ingin sukses harus mempunyai
struktur yang sesuai dengan tingkat teknologinya.
d) Orang-orang yang terlibat di dalam organisasi
Sikap, pengalaman dan peranan
para anggota organisasi juga berhubungan dengan struktur organisasi, dalam hal
ini ada dua kategori pengertian orang dalam organisasi, yaitu manajer dan para
karyawan. Memang bisa dikatakan bahwa manajer adalah karyawan, tetapi mereka
mempunyai pengaruh-pengaruh khusus pada struktur organisasi, sehingga perlu
dibicarakan secara terpisah yaitu :
· manajer dan struktur, yaitu
struktur organisasi dipengaruhi secara langsung oleh preferensi pribadi manajer
terhadap berbagai tipe organisasi tertentu
· karyawan dan struktur.
Berikut ini akan dibahas tiga model struktur organisasi yang dikenal yaitu :
a) Model tradisional
Bentuk umum model struktur
tradisional secara essensial adalah pyramid. Masing-masing tingkatan hirarkis
menggambarkan segmen struktur dan hubungim-hubungan pekerjaan atasan-bawahan.
Bentuk umum struktur organisasi model tradisional ini akan berbeda untuk jenis
operasi perusahaan yang berbeda pula. Struktur model tradisional akan efisien
dalam kondisi lingkungan yang stabil bila asumsi-asumsi yang berkaitan dengan
sikap dan kemampuan para anggota sebagai landasan bentuk
strukturnya adalah akurat.
b) Model hubungan manusiawi
Di dalam model hubungan
manusiawi juga diterima konsep spesialisasi, dan pemisahan perencanaan dari
pelaksanaan sebagai karakteristik utama organisasi yang efektif. Model hubungan
manusiawi secara eksplisit mengakui bahwa orang tidaklah selalu bertindak
persis segaris dengan posisi-posisi dan hubungan-hubungan menurut struktur
formalnya, walaupun model hubungan manusiawi mengungkapkan ketidaksempurnaan
tersebut tetapi struktur hubungan manusiawi tidak menyarankan struktur formalnya
dimodifikasi. Model ini lebih mengusulkan bermacam-macam penyesuaian
teknik-teknik dan perilaku-perilaku struktural "off line" yaitu :
· Model hubungan inanusiawi
mempersilakan para manajer untuk mempergunakan kemampuan kepemimpinannya untuk
mengurangi friksi-friksi di antara orang-orang dan jabatan-jabatan mereka dalam
organisasi serta mengembangkan hubungan kerjasama yang baik antar para anggota
organisasi yang bertanggung jawab kepadanya.
· Pendekatan hubungan manusiawi
mengarahkan manajer memanfaatkan organisasi informal dalam departemennya.
· Pendekatan hubungan manusiawi
ditunjukkan dengan sejumlah teknik atau program yang biasanya di bawah
yurusdiksi atau kewenangan departemen personalia yang dirancang untuk melayani
kebutuhan-kebutuhan seluruh anggota organisasi.
Inti konsep hubungan manusiawi tidak berurusan langsung dengan struktur
organisasi, struktur diterima sebagai sebagai sesuatu pemberian yang sudah
tertentu. Bagaimanapun juga mekanisme-mekanisme model hubungan manusiawi
tersebut cukup besar gunanya dalam pencegahan atu pemecahan konflik yang
terjadi pada struktur.
c) Model sumber daya manusia
Implikasi model sumber daya
manusia pada struktur organisasi, walaupun abstrak adalah jelas. Model ini
berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia mempunyai kemampuan untuk mempelajari
pengarahan dan pengendalian diri lebih kreatif dari pada pekerjaannya sekarang,
dan bahwa tugas manajer adalah menciptakan suatu lingkungan di mana mereka
dapat meningkatkan sumbangan kapasitasnya pada organisasi.
Konsep model sumber daya manusia
mencoba memaksimumkan fleksibilitas baik didalam maupun di antara posisi-posisi
yang berinteraksi. Hal tersebut mengharuskan anggota-anggota organisasi
mempunyai hal-hal sebagai berikut:
· Suatu tujuan tingkat
operasional yang telah disetujui bersama
· Jalur untuk memperoleh sumber
informasi vertikal dan horisontal yang relevan
· Kemampuan untuk memberikan
tanggapan terhadap informasi dengan keputusan dan perilaku yang mengarahkan
pencapaian tujuan dengan efisien.
Adapun mengenai tujuan
organisasi model sumber daya manusia ditetapkan bersama oleh manajer dan
bawahannya, sehingga tujuan bersama tersebut jelas merubah hubungan atasan dan
bawahan yang diatur oleh model tradisional dan hubungan manusiawi.
Meskipun organisasi (formal) disusun atas dasar kegiatan-kegiatan dan
hubungan-hubungan wewenang, kekuasaan, tanggung jawab, akuntabilitas dan arus
komunikasi yang sama, tetapi hasilnya adalah berbagai tipe struktur organisasi
yang berbeda-beda. Karena tidak ada pandangan yang paling baik dalam merancang
struktur organisasi ataupun terap dalam semua kondisi, maka akan dibahas
beberapa tipe departemen yang masing-masing tipe mempunyai berbagai kebaikan
dan kelemahan. Departementasi pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu :
a) Departementasi fungsional
merupakan
departementasi yang paling umum dan luas digunakan dalam merancang struktur,
dan dapat dijumpai dalam semua tipe organisasi. Adapun kebaikan utama
departementasi fungsional adalah berkaitan dengan aspek-aspek positif spesialisasi,
sedangkan kelemahannya antara lain mempersulit koordinasi, dapat menciptakan
konflik antar fungsi dan kurangnya kontak antar fungsi.
b) Departementasi produk
Dengan berkembangnya
organisasi (formal) maka departementasi fungsional menjadi tidak praktis lagi
digunakan, sehingga perlu dibentuk divisi-divisi setengah otonom yang
masing-masing merancang, memproduksi dan memasarkan sendiri produkproduknya. Departementasi
produk merupakan pengelompokkan kegiatan-kegiatan atas dasar
perbedaan-perbedaan barang atau jasa menurut perbedaan-perbedaan cara produksi
atau proses dan cara pemakaiannya.
c) Departementasi wilayah
Departementasi atas dasar
wilayah akan diperlukan bila organisasi tersebut beroperasi di wilayah-wilayah
yang tersebar. Tipe departementasi wilayah sering disebut sebagai
departementasi lokasi, daerah, regional ataupun geografis.
Tipe organisasi divisional dengan departementasi mempunyai beberapa
kebaikan dan kelemahan. Kebaikan-kebaikan tersebut antara lain :
a) Pengambilan keputusan lebih cepat dan dengan kemungkinan kualitas lebih
baik. Koordinasi tugas lebih mudah dilaksanakan karena ada pemusatan kegiatan.
b) Beban manajemen pusat menjadi lebih ringan karena ada pendelegasian
wewenang.
c) Pertanggung jawaban lebih jelas.
Sedangkan kelemahan-kelemahannya antara lain :
a) Kepentingan seluruh organisasi kurang diperhatikan karena kepentingan
terpusat pada ukuran prestasi divisi.
b) Meningkatnya biaya operasional organisasi karena cenderung terjadinya
kelebihan staf, duplikasi sumber daya dan peralatan.
c) Mempersulit alokasi sumber daya dan konsistensi kebijaksanaan.
C. Konflik
Timbulnya konflik atau pertentangan dalam organisasi,
merupakan suatu kelanjutan dari adanya
komunikasi dan informasi yang tidak menemui sasarannya. Suatu
pemahaman akan konsep dan dinamika konflik telah menjadi bagian vital dalam studi
perilaku organisasional, oleh karena itu perlu untuk dipahami dengan baik.
Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan
menang kalah antara kelompok
atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi,
atau dapat dikatakan juga bahwa konflik adalah segala macam interaksi pertentangan
atau antogonistik antara dua atau lebih pihak yang terkait.
Adapun mengenai
jenis-jenis konflik, ada beberapa orang yang mengelompokkan konflik menjadi
sebagai berikut :
a) konflik peranan
yang terjadi di dalam diri seseorang (person role conflict)
b) konflik antar
peranan (inter-role conflict), yaitu persoalan timbul karena satu orang
menjabat dua atau lebih fungsi yang saling bertentangan
c) konflik yang
timbul karena seseorang harus memenuhi harapan beberapa orang (intersender
conflict)
d) konflik yang
timbul karena disampaikannya inforrnasi yang saling bertentangan (intrasender
conflict).
Selain pembagian
jenis konflik di atas masih ada pembagian jenis konflik yang dibedakan menurut
pihak-pihak yang saling bertentangan, yaitu :
a) konflik dalam diri
individu
b) konflik antar
individu
c) konflik antar
individu dan kelompok
d) konflik antar
kelompok dalam organisasi yang sama
e) konflik antar
organisasi.
Konflik
organisasional timbul karena ada beberapa sumbemya, dan berbagai sumber utama
konflik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
a) kebutuhan untuk
membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas
b) perbedaan-perbedaan
dalam berbagai tujuan
c) saling
ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja
d) perbedaan
nilai-nilai atau persepsi
e) kemenduaan
organisasional
f) gaya-gaya
individual
Secara tradisional
pendekatan terhadap konflik organisasional adalah sangat sederhana dan
optimistik. Pendekatan tersebut didasarkan atas tiga anggapan, yaitu :
a) konflik dapat
dihindarkan
b) konflik
diakibatkan oleh para pembuat masalah, pengacau dan primadona
c) bentuk-bentuk
wewenang legalistic
d) korban diterima
sebagai hal yang tak dapat dielakkan
Apabila keadaan tidak saling mengerti serta
situasi penilaian terhadap perbedaan antara anggota organisasi itu makin parah
sehingga konsensus sulit dicapai, sehingga konflik tak terelakkan, dalam hal
ini pimpinan dapat melakukan bebagai tindakan tetapi harus melihat situasi dan
kondisinya, yaitu :
a) menggunakan
kekuasaan
b) konfrontasi
c) kompromi
d) menghaluskan
situasi
e) pengunduran diri
D. Motivasi
Motivasi
adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Jadi motivasi
bukanlah sesuatu yang dapat diamati, tetapi merupakan hal yang dapat
disimpulkan adanya karena sesuatu perilaku yang tampak. Motivasi merupakan masalah
yang kompleks dalam organisasi karena kebutuhan dan keinginansetiap anggota
organisasi adalah berbeda-beda dan berkembang atas dasar proses belajar yang
berbeda pula.
Kebutuhan dan
keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi internal.
Begitu juga dalam suatu organisasi, setiap individu akan mempunyai kebutuhan
dan keinginan yang berbeda dan unik. Penggolongan motivasi internal yang dapat
diterima secara umum belum mendapat kesepakatan para ahli, namun demikian para
psikolog menyetujui bahwa motivasi internal dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu :
a) motivasi
fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah (biologis) seperti lapar, haus,
seks
b) motivasi
psikologis, yang dapat dikelompokan dalam tiga kategori dasar, yaitu :
· motivasi kasih sayang (affectional motivation), yaitu rilotivasi untuk menciptakan
dan memelihara kehangatan, keharmonisan dll.
· motivasi mempertahankan diri (ego-defensive motivation) yaitu motivasi untuk melindungi kepribadian dan mendapatkan kebanggaan diri
· motivasi memperkuat diri (ego-bolstering motivation) yaitu motivasi untuk
mengembangkan kepribadian, berprestasi dll.
Teori motivasi
eksternal menjelaskan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam individu yang
dipengaruhi faktor-faktor intern. Untuk itu, teori motivasi eksternal tidak
mengabaikan teori motivasi internal, tetapi justru mengembangkannya. Teori
motivasi eksternal ada yang positif dan ada pula yang negatif. Dalam hal ini
ada sebuah teori dari Me Gregor yang dikenal dengan teori X dan teori Y, yang
akan membantu menjelaskan teori motivasi eksternal.
· Teori tradisional mengenai kehidupan organisasi banyak diarahkan dan dikendalikan
atas deori X. Adapun anggapan-anggapan yang mendasari teori tersebut adalah :
· rata-rata para pekerja itu malas, tidak suka bekerja
· karena pada dasarnya pekerja tidak suka bekerja, maka harus dipaksa dikendalikan, diperlakukan dengan hukuman, dan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi
· rata-rata para pekerja lebih senang dibimbing, berusaha menghindari tanggung jawab, ambisi yang kecil dll.
· karena pada dasarnya pekerja tidak suka bekerja, maka harus dipaksa dikendalikan, diperlakukan dengan hukuman, dan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi
· rata-rata para pekerja lebih senang dibimbing, berusaha menghindari tanggung jawab, ambisi yang kecil dll.
Tetapi pada
kenyataannya teori X tidak dapat menjawab seluruh fakta yang ada dan terjadi di
dalam organisasi. Oleh karena itu perlu ada teori yang lain yang mungkin dapat
menjawabnya, yaitu teori Y, anggapan-anggapan dari teori Y antara lain sebagai
berikut :
· usaha fisik dan mental yang dilakukan manusia dalam bekerja adalah kodrat manusia,
sama halnya dengan bermain atau beristirahat
· rata-rata manusia bersedia belajar, dalam kondisi yang layak tidak hanya menerima
tetapi mencari tanggung jawab
· ada kemampuan yang besar dalam kecerdikan, kreativitas dan daya imajinasi untuk
memecahkan masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh
karyanwan
· pengendalian ekstern dan hukuman bukan satu-satunya cara untuk mengarahkan usaha
pencapaian tujuan tersebut.
· keterikatan pada tujuan organisasi adalah fungsi penghargaan yang diterima karena
prestasinya
· organisasi seharusnya memberikan kemungkinan orang untuk mewujudkan potensinya,
dan tidak hanya digunakan sebagian.
Motivasi dapat
dipandang sebagai prose psikologis dasar yang terdiri atas berbagai kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Pendekatan hubungan manusiawi pada umumnya tidak menyadari
pentingnya proses psikologis tersebut. Pandangan itu terutama didasarkan atas
tiga asumsi sebagai berikut :
· personalia terutama dimotivasi secara ekonomis dan perasaan aman serta
kondisi kerja yang baik
· pemenuhan ketiga hal itu akan mempunyai pengaruh positif pada semangat
kerja mereka
· ada korelasi positif antara semangat kerja dan produktivitas.
Dengan ketiga asumsi
tersebut, diharapkan masalah motivasional yang dihadapi manajemen relatif mudah
dipecahkan dan diselesaikan.
Dalam kenyataannya
pendekatan hubungan manusiawi tidak sepenuhnya berjalan dalam praktek, telah
terbukti hahwa pendekatan ini terlalu sederhana untuk dapat mcmecahkan masalah-masatah
m0tivasional kompleks yang dihadapi manajemen. Sejalan dengan perkembangan
masalah-masalah manusiawi yang mulai meningkat, keterbatasan-keterbatasan
pendekatan hubungan manusiawi mulai tampak.
Pada tahun 1943
telah terjadi suatu pengembangan teori motivasi manusia yang sangat terkenal
yang dilakukan oleh Abraham Maslow seorang psikolog. Konsep teorinya
menjclaskan suatu hirarki kebutuhan (hierarchy of needs) yang menunjukkan
adanya lima tingkatan keinginan dan kebutuhan manusia. Secara lebih terinci
kelima kebutuhan dasar manusia yang membentuk hirarki kebutuhan adalah:
a) kebutuhan
fisiologis (phisiological needs) seperti lapar, haus, perumahan, dll.
b) kebutuhan keamanan
(safety needs), yaitu kebutuhan akan keselamatan dan perlindungan dari bahaya,
ancaman dan perampasan ataupun pemecatan
c) kebutuhan sosial
(social needs), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan alam menjalin
hubungan dengan orang lain, kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam
suatu kelompok, rasa kekeluargaan, rasa persahabatan dan kasih saying
d) kebutuhan
penghargaan (esteem needs) yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan,
kehormatan diri, reputasi dan prestasi.
e) kebutuhan
aktualisasi diri (self-actualization needs), yaitu kebutuhan pemenuhan diri,
untuk mempergunakan potensi diri, pengembangan diri semaksimal mungkin,
kreativitas, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cocok serta
menyelesaikan pekerjaannya sendiri.
Selain teori
motivasi tersebut di atas masih ada teori motivasi yang lain antara lain teori
motivasi prestasi (achievement motivation) yang didasarkan pada kekuatan yang
ada di dalam manusia, teori ini dikembangkan oleh Me Clelland melalui riset
empiris. Teori ini menyatakan bahwa seseorang dianggap mempunyai motivasi
prestasi yang tinggi, apabila dia mempunyai keinginan untuk berprestasi lebih
baik daripada yang lain dalam banyak situasi. Me Clelland memusatkan
perhatiannya pada tiga kebutuhan manusiawi yaitu :
a) Kebutuhan prestasi
(need for achievement)
b) Kebutuhan afiliasi
(need for affiliation)
c) Kebutuhan
kekuasaan (need for power).
E. Proses Mempengaruhi
Dalam struktur
organisasi terdapat proses-proses yang terjadi dalam organisasi (formal). Adapun
mengenai proses-proses tersebut adalah proses mempengaruhi yaitu setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh manajemen untuk mcncapai tujuan-tujuan
organisasi.
Sedangkan pengaruh
menurut Scott dan Mitchell merupakan suatu transaksi sosial di mana seorang
atau kelompok orang digerakan oleh seseorang atau kelompok orang yang lain
untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan harapan mereka yang mempengaruhi.
Dalam hal ini suatu pengaruh sangat berhubungan dengan kekuasaan. dan wewenang.
Yang dimaksud dengan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempunyai pengaruh,
sedangkan wewenang merupakan salah satu tipe dari kekuasaan.
Dalam proses
mempengaruhi mencakup tiga unsur yaitu :
a) Orang yang
mempengaruhi (O).
b) Metoda
mempengaruhi (->).
c) Orang yang
dipengaruhi (P).
Secara singkat
proses mempengaruhi dapat digambarkan sebagai berikut :
O ->P
Metoda-metoda
mempengaruhi tersebut, dilakukan dalam banyak konteks, hal ini benar terutama
bila didasarkan pada kenyataan bahwa O dan P dapat ditafsirkan sebagai kelompok
maupun individual. Oleh karena itu, daerah pengaruh mencakup hubungan-hubungan
berikut :
a) antara
perseorangan
b) kelompok dengan
seseorang
c) kelompok dengan
kelompok
d) seseorang dengan
kelompok.
Ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan untuk membahas hubungan-hubungan antara
kekuasaan dan pengaruh terutama dalam konteks organisasional.
a) Pendekatan French
dan raven
Pendekatan ini mendefinisikan kekuasaan berdasarkan pada pengaruh, dan pengaruh
berdasarkan pada perubahan psikhologis. Pengaruh adalah pengendalian yang
dilakukan oleh seseorang dalam organisasi terhadap orang lain, sedang kekuasaan
merupakan pengaruh laten. French dan Roven mengidentifikasikan lima sumber atau
basis kekuasaan yaitu :
a) kekuasaan balas
jasa (reward power)
b) kekuasaan paksaan
(coercive power)
c) kekuasaan sah
(legitimate power)
d) kekuasaan ahli
(expert power)
e) kekuasaan panutan
(referent power).
Ada banyak cara
untuk mempengaruhi orang lain, pemilikan beberapa atau semua sumber kekuasaan
tidak menjamin kemampuan untuk mempengaruhi individu tertentu dengan berbagai
cara tertentu, karena berbagai sumber seperti diatas hanyalah merupakan sumber
kekuasaan potensial.
b) Analisis Etzioni
Kalau French dan Roven memperlakukan kekuasaan dan pengaruh sebagai elemen-elemen
laten dan aktif proses yang sama, sedang Etzioni lebih mencurahkan perhatian
pada apa yang dilakukan oleh seseorang untuk orang lain baik suka maupun tidak.
c) Analisis Nizbet
Memandang kekuasaan sebagai antitesa wewenang, dan kekuasaan, di lain pihak
merupakan paksaan atau usaha untuk mendominasi orang lain agar berperilaku dengan
cara-cara tertentu tanpa mempengaruhi sistem referensi.
Kekuasaan adalah
suatu kenyataan penting dalam kehidupan organisasi, hal tersebut tidak dapat
dipungkiri. Di dalam praktek mempengaruhi orang itu sulit sekali, kadang kala orang harus berhati-hati, secara luar
biasa dalam menghadapi dan berusaha untuk mempengaruhi orang lain. Ada pula
yang dilakukan secara otomatis dan dengan mudah orang terpengaruh oleh seorang
yang lain.
F. Proses Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan di antara berbagai
alternatif yang mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan masalah.
Proses pengambilan keputusan berkaitan erat dengan semua fungsi-fungsi manajemen
tradisional.
Dalam pembahasan
aspek-aspek teori organisasi dan manajemen modem, permulaan analisis proses
pengambilan keputusan dapat ditelusuri pada tulisan Chester Barnard dalam
bukunya The Function of the Executive.
Pengambilan
keputusan sebagai bagian kunci kegiatan manajer, merupakan proses melalui mana
serangkaian kegiatan dipilih. Proses pengambilan keputusan mencakup beberapa
langkah. Berikut ini akan dibahas beberapa pendapat para ahli tentang langkah-langkah
tersebut :
a. Menurut Hebert A. Simon,
proses pengambilan keputusan pada hakekatnya terdiri atas tiga langkah utama
yaitu :
a) Kegiatan intelijen
-> merupakan langkah awal menyangkut pencarian berbagai kondisi lingkungan
yang diperlukan bagi keputusan.
b) Kegiatan desain
-> tahap kedua yaitu pembuatan, pengembangan dan penganalisaan berbagai
rangkaian kegiatan yang muogkin dilakukan.
c) Kegiatan pemilihan
-> tahap ketiga, adalah pemilihan serangkaian kegiatan tertentu dari
alternatif-alternatif yang tersedia.
b. Menurut Newman,
Summer dan Waren, memerinci langkah desain dan mengidentifikasikan menjadi
empat tahap yaitu :
a) pembuatan suatu
diagnosis
b) penemuan
penyelesaian-penyelesaian altematif
c) penganalisaan dan
pembandingan alternatif
d) pemilihan rencana
yang diambil.
c. Menurut Scott dan
Mitchel, proses pengambilan keputusan meliputi
a) proses pencarian/penemuan
tujuan
b) formulasi tujuan
c) pemilihan
altematif atau strategi untuk mencapai tujuan
d) mengevaluasi
hasil-hasil.
d. Menurut Elbing, proses
pengambilan keputusan meliputi lima langkah berikut :
Kesimpulan :
Dalam suatu
organisasi pasti memiliki proses dalam pengambilan suatu keputusan. Kemudian dalam
proses pengambilan keputusan ada unsur resiko dan ketidakpastian. Resiko ini
dapat memicu konflik Bila dilihat sekilas memang sepertinya konflik itu sangat
sulit untuk dihindari dan diselesaikan, tetapi dalam hal ini jangan beranggapan
bahwa dengan adanya konflik berarti organisasi tersebut telah gagal, karena
bagaimanapun sulitnya suatu konflik pasti dapat diselesaikan oleh para anggota
dengan melihat persoalan serta mendudukannya pada proporsi yang wajar.
Sumber :
Seri Buku Diktat Kuliah : Pengantar Organisasi dan Metode, Gunadarma, Jakarta, 1991
Seri Buku Diktat Kuliah : Pengantar Organisasi dan Metode, Gunadarma, Jakarta, 1991
Komentar
Posting Komentar