Berpikir (Penalaran) Induktif



Melanjutkan posting mengenai Penalaran, post kali ini akan menjelaskan bagaimana berpikir secara induktif, dimana sebelumnya telah dijelaskan bagaimana berpikir (penalaran) secara deduktif.

Perbedaan yang paling mendasar dari penalaran secara deduktif ialah, bahwa jika penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan dari proposisi, maka untuk penalaran secara induksi (induktif) dilakukan dengan cara bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk melakukan penarikan kesimpulan (inferensi).

Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena-fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga disebut sebagai corak berpikir yang ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses penalaran deduktif.


Proses penalaran yang induktif dibedakan atas bermacam-macam variasi yang berturut-turut akan dikemukakan dalam bagian-bagian berikut ini, yaitu : generalisasi, hipotese dan teori, analogi induktif, hubungan kausal dan induksi dalam metode eksposisi.



GENERALISASI

Dalam generalisasi, peristiwa yang dikemukakan harus memadai agar yang ditarik adalah kesimpulan yang terpercaya suatu kebenarannya. Generalisasi adalah proses berpikir yang bertujuan menarik kesimpulan umum dari berbagai kalimat khusus.

Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta. Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. (Mundiri, 1994 : 127)


Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. (Gorys Keraf, 1994 : 43)


Contoh :

  • Jiji adalah anak kelas 3KA10 dan dia rajin.
  • Jeje juga anak kelas 3ka10, dan dia rajin.
  • Kes : Anak 3KA10 adalah mahasiswa yang rajin.

Dari segi kuantitas fenomena yang menjadi dasar penyimpulan, generalisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
  1. Generalisasi sempurna, yaitu menjadikan seluruh fenomena atau kejadian yang ada menjadi dasar dari penyimpulan untuk diselidiki. Contoh : "Semua jumlah hari dalam bulan masehi adalah 31 hari". Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena, yaitu jumlah hari pada setiap bulan dalam satu tahun diselidiki tanpa ada yang ditinggalkan. Generalisasi semacam ini, memberikan kesimpulan yang sangat kuat dan tidak dapat dipatahkan tetapi prosesnya tidak praktis dan tidak ekonomis.
  2. Generalisasi Tidak Sempurna/sebagian, pada tipe ini penarikan kesimpulan diambil dari sebagian kejadian yang kemudian menjadikannya kesimpulan dan berlaku pada fenomena yang belum diselidiki. Contoh : "Sebagian orang Indonesia suka bergotong-royong", dari sini diambil kesimpulan jika bangsa Indonesia secara kesuluruhan suka bergotong-royong. Dapat dilihat bahwa penyimpulan semacam ini adalah penyimpulan secara sebagian (probababilitas)
Dalam bukunya, Gorys Keraf (1994 : 43) menyatakan bahwa dari segi bentuk generalisasi dibagi 2, yaitu :
  1. Loncatan Induktif, generalisasi ini memang menjadikan fakta sebagai dasar, tetapi belum mencerminkan keseluruhan fenomena yang ada, yang kemudian dianggap sudah mewakili persoalan yang ada. Contoh : Sisa suka berenang.Deni juga suka berenang.Reni suka main bola.Teti suka main bulutangkis.Dapat disimpulkan bahwa anak-anak komplek bahari suka olahraga.
  2. Tanpa Loncatan Induktif, generalisasi ini menggunakan banyak fakta yang membuat tidak terdapat peluang untuk menyanggah atau menyerang kesimpulan yang dibuat. Contoh : Rika suka bermain bola basket.Rino juga suka bermain bola basket.Tino suka bermain sepak bola.Jadi dapat disimpulkan ke tiga anak tersebut menyukai permainan bola.

HIPOTESE DAN TEORI

Hipotese, berasal dari kata hypo dan tithenai. Hypo berarti dibawah, dan Tithenai berarti menempatkan. Sehingga hipotese adalah Semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta lebih lanjut.

Teori, Azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena yang ada.

Dibawah ini diberikan contoh mengenai hipotese, mendeskripsikan mengenai penyebab korupsi yang dibagi dalam beberapa variasi hipotese.

Contoh :
Tanzi & Davoodi (1998) membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus) :
  • Hipotese 1 : tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi publik. Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik, melainkan demi mencari kesempatan mengambil keuntungan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan investasi publik, korupsi akan menurunkan produktivitas investasi publik tersebut. Dengan jalan ini korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
  • Hipotese 2 : tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak sesuai aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah penerimaan negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
  • Hipotese 3 : tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi publik yang baru. Namun, karena yang diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapat kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama yang sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
  • Hipotese 4 : tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digarisbawahi bahwa yang meningkat adalah kuantitasnya, bukan kualitas. Politisi yang korup hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya. Sebagai contoh adalah pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi.

ANALOGI

Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.

Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis.

Tujuan penalaran secara analogi, yaitu :
  1. Meramalkan kesamaan
  2. Menyingkap kekeliruan
  3. Menyusun Klasifikasi
Analogi sendiri terbagi 3, yaitu :
  1. Analogi Induktif, jenis analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian menarik kesimpulan bahwa yang ada pada peristiwa pertama juga ada pada peristiwa kedua. Contoh : 
    • Nita adalah anak Pak Rosidi, dia anak yang baik dan jujur.
    • Edo adalah anak Pak Rosidi, dia anak yang baik dan jujur.
    • Ade adalah anak Pak Rosidi.
    • Kes : Ade anak Pak Rosidi adalah anak yang baik dan jujur. Konklusi yang ada lebih luas dari premis-premis yang ada. Dua anak Pak Rosidi anak yang baik dan jujur, namun tidak menjamin bahwa anak yang ketiga juga anak yang baik dan jujur.
  2. Analogi deklaratif, jenis Analogi ini menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar dengan sesuatu yang dikenal. Atau dapat kita katakan, membandingkan dua hal yang berbeda dengan sebuah perumpamaan yang serupa. Contoh :
    • Ilmu pengetahuan dibangun oleh fakta-fakta sebagaimana sebuah rumah dibangun oleh batu-batu. Tapi tidak semua kumpulan fakta adalah ilmu, sebagaimana tidak semua kumpulan batu adalah rumah.
  3. Analogi Logis, Kesimpulan dari analogi logis tidak dapat dikonfirmasi atau disangkal oleh bukti-bukti empiris. Contoh :
    • "Hanya perempuanlah yang mengandung dan melahirkan anak". Kalimat tersebut tidak sama dengan "semua perempuan mengandung dan melahirkan anak".
    • "Hanya orang bijaksana yang menyukai puisi". Kalimat tersebut sama maknanya dengan "semua orang bijaksana menyukai puisi".

HUBUNGAN KAUSAL

Kausalitas adalah penarikan kesimpulan yang didasarkan atas hubungan ketergantungan antar kalimat yang mengindikasikan adanya hubungan sebab-akibat atau akibat-sebab.

Hubungan kausal (kausalitas) merupakan perinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Keharusan dan keaslian sistem kausal merupakan bagian dari ilmu-ilmu manusia yang telah dikenal bersama dan tidak diliputi keraguan apapun.

Terdapat tiga hubungan kausalitas dalam penalaran, yaitu :
  1. Kausalitas sebab-akibat, Kausalitas ini berpola A menyebabkan B. Disamping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata. Contoh :
    Kemarin malam Ade kurang tidur. Pagi ini ia mengikuti pelajaran olah raga. Sorenya ia mengikuti pembinaan basket. Ketika perjalanan pulang dari sekolah, ia kehujanan. Akibatnya, keesokan harinya Ade jatuh sakit.
  2. Kausalitas Akibat-sebab, Tipe kausalitas ini dapat dilihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimem. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupakan simpulan. Contoh :
    Pagi ini Mirna tidak mau keluar dari kamarnya. Adiknya, Krisna, tidak mau memakan sarapannya. Ayah juga lesu. Semua terjadi karena Ibu marah-marah kemarin malam.
  3. Kausalitas Akibat-akibat, tipe ini langsung menyiratkan penyebabnya. Ketika terdapat suatu "peristiwa akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain. Contoh :
    Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari hujan.

INDUKSI DALAM METODE EKSPOSISI


Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.

Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Untuk contoh penalaran induksi dalam sebuah karangan eksposisi, yaitu :

Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan baker naik, sudah barang tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.


Itulah penjelasan singkat mengenai penalaran secara induktif, semoga dapat menambah "knowledge data" the reader.



Sumber :
Gorys Keraf. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.


Komentar

Postingan Populer